Senin, 29 Agustus 2011

Baju Muslim, Mau Gaya atau Kaidah?

Manajer komunikasi dari sebuah perusahaan retail busana impor, Yuli
Rizcawati, selama Ramadan ini memiliki penampilan berbeda. Dulu,
setiap bertemu dengan klien, perempuan setengah baya berparas manis
tersebut selalu mengenakan busana seksi dengan rok pendek, kemeja
tanpa lengan, atau dalaman model kemben berpadu blazer. Kini, ia lebih
banyak mengenakan celana panjang, kemeja, atau atasan berlengan
panjang dan sesekali memakai tunik. Rambutnya yang dulu hitam terurai
sekarang tertutup kerudung, meski belum dengan jilbab secara
keseluruhan.

"Ramadan begini, aku seperti mendapat hidayah untuk memperbaiki
penampilan. Tidak lagi berbusana seksi terbuka, tapi mulai tertutup.
Aku ingin berbusana sesuai kaidah atau aturan Islam, namun di sisi
lain tetap ingin gaya. Semuanya mesti perlahan, tidak bisa drastis,"
ujar Yuli.

Berbeda lagi dengan cerita model senior Henidar Amroe yang kini
berkerudung. Keputusannya berbusana tertutup, selain menjalankan
perintah berbusana sesuai dengan pakem, didasari landasan syar'i atau
kaidah tentang busana yang disunahkan Nabi Muhammad SAW.

"Dengan berbusana muslim, setidaknya secara pribadi ingin lebih baik
lagi. Di sisi lain, saya tetap bisa gaya karena busana muslim sekarang
beragam dan fashionable," ujar Henidar yang bermain di sinetron Para
Pencari Tuhan.

Sebelum turun perintah memakai jilbab bagi perempuan, mereka mempunyai
kebiasaan memakai kerudung, yaitu penutup kepala yang diuraikan ke
punggung hingga leher dan kedua bagian telinganya terbuka. Gangguan
sering menimpa para perempuan ini sepulang dari kerja di kebun kurma.

Surat Al-Ahzab ayat 59 berbunyi, "Wahai Nabi, katakanlan kepada para
istrimu dan anak-anak perempuanmu, serta para perempuan mukmin agar
mereka mengulurkan jilbabnya. Sebab, yang demikian itu akan membuat
mereka lebih mudah dikenali sehingga terhindar dari perlakuan tidak
sopan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."

Disamping surat tersebut, ada banyak lagi surat dan hadis yang
menguatkan penggunaan jilbab dan busana tertutup ini. Di Indonesia,
awalnya penggunaan jilbab atau busana muslim tidak terlalu dikenal.
Sejak zaman dulu, biasanya hanya selendang yang diletakkan di atas
kepala untuk menutupi rambut dan sanggul atau selendang yang
disampirkan ke pundak. Pemakainya biasanya para perempuan

"Berbusana menurut Islam harus sesuai kaidah atau aturan, tapi yang
saya perhatikan kini busana muslim memiliki banyak pilihan dan
mengikuti perkembangan mode. Enggak apa-apa bergaya, asalkan sesuai
kaidah," ujar Ustad K.H. Zuhri Yacub.

Menurut Ketua Tanfidz Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jakarta Barat
ini, selama berbusana muslim tidak mengabaikan landasan etika, yakni
kaidah atau aturan tadi, maka beragam gaya dan pilihan merupakan hal
yang wajar.

Sementara itu, Ida Royani, mantan artis dan penyanyi 1970-an, tercatat
sebagai salah satu pelopor dan perancang busana muslim. Bukan sekadar
baju longgar, Ida pun merancang busana modern yang dibuat berdasarkan
ilmu agama yang dipelajarinya. "Orang melihat apa yang saya pakai
aneh, apalagi saat pesta tidak ada satu orang pun yang memakai baju
muslim," ujarnya.

Ida menceritakan, pada awal 1980-an, ia tak sekadar mengenakan baju
muslim untuk dirinya sendiri, tapi juga menjual rancangannya ke
berbagai mal. Selain busana muslim untuk perempuan, dia juga merancang
baju koko, busana muslim pria. Dengan faktor figur publik, setiap
busana yang Ida kenakan berpengaruh terhadap khalayak. Pada
pertengahan 1980-an, melalui rancangan dan rutin mengikuti berbagai
peragaan busana, dia kembali menjadi sorotan media internasional.

Kini, tak dipungkiri bahwa busana muslim dikenal luas. Para
perancangnya melihat peluang ini sebagai bisnis yang berkembang pesat.
Seperti di Pasar Tanah Abang, kita bisa menjumpai aneka busana ini
dengan berbagai pernak-pernik dan duplikasi. Bahkan, Asosiasi
Pengusaha Perancang Mode Indonesia memiliki divisi busana muslim untuk
menampung ide-ide para perancangnya.

Amy Atmanto, perancang dan pemilik butik Royal Kaftan, mengatakan
busana muslim kini fashionable. "Yang perlu diingat, landasan atau
kaidahnya. Soal gaya boleh saja, asalkan sesuai pakemnya tadi," kata
Amy yang percaya bahwa busana muslim mencuri perhatian kalangan
nonmuslim, seperti busana panjang bersiluet longgar yang bisa
dikenakan sebagai busana pesta koktail dan jamuan makan malam.

Adapun perspektif muslimah dengan busana jadul (zaman dulu) dan
konvensional mulai terkikis oleh ragam busana muslim dengan
modifikasinya. Sekarang, menjadi muslimah yang cantik, berbusana
fashionable, dan lebih bergaya, tapi tetap sesuai dengan kaidah, bisa
dilakukan kapan dan di mana saja. Astri Ivo menunjuk Ida Royani
sebagai pionir busana muslim modern. "Dia (Ida) membuat busana dengan
ilmu agama dan tetap indah," ujar Astri, mantan bintang cilik.

Astri yang kini berkerudung melihat busana muslim sudah menjadi
fenomena dan budaya mode. Menurut dia, busana muslim, apa pun
modelnya, tetap harus memenuhi kaidah, tidak memperlihatkan lekuk
tubuh, tidak tipis atau menerawang, tidak menyerupai laki-laki, serta
yang paling penting menutup aurat, kecuali muka dan telapak tangan.
"Apa pun modelnya, kalau sudah memenuhi syariah, silakan saja," ujar
Astri yang kini aktif mensiarkan tentang jilbab.

Menurut dia, perkembangan busana muslim dan kerudung sangat pesat
sejak 1980-an. Mulai kerudung segi panjang hingga bergerak pada era
bergo yang biasa dikenakan saat umrah atau naik haji. Bergo yang
santai dan simpel yang semula dipakai untuk ke masjid saat umrah atau
haji justru menjadi mode.

Setelah itu, mulai muncul mode dengan modifikasi tali dan bunga-bunga.
Belakangan, muncul era pasmina dan aneka lilitan ala kerudung Timur
Tengah. Dalam dua-tiga tahun ini, busana muslim dan kerudung semakin
beragam dan banyak pilihan. Menurut Astri, modifikasinya semakin
banyak dan orang tidak takut melakukan padu padan.

Sumber: Kompas.Com dan berbagai sumber

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...